Ini adalah kisah seseorang. Seseorang yang mempunyai keinginan yang besar dan sangat mencintai Keluarganya. meskipun dia telah dihina dan dijauhi oleh orang2 di sekitarnya. seseorang yang tegar, seseorang yang biasa kita anggap hina padahal kita belum bisa memahami isi hati mereka.
MAAFKAN KAMI ARDY
“APA KAMU GAY!? JAWAB!!”
Hidupku yang sebelumnya indah, hidupku yang sebelumnya menyenangkan,
hidupku yang sebelumnya damai, hidupku yang sebelumnya sejahtera, semua
hanya tinggal ‘sebelum dan sebelum’ karena kini sudah berubah.
Berubah.
Ya, berubah total.
Kini tak tau lagi mau ditaruh dimana mukaku.
Entah apa yang menyebabkan mereka tau.
Kepalaku pusing. Sungguh ini di luar dugaan. Ga pernah sebelumnya aku
akan coming out dengan cara begini dan dengan reaksi seperti ini.
Saat itu aku baru pulang sekolah dan baru menginjakan kaki di rumah.
Kulihat semua keluargaku, mama, papa, kak Gary berkumpul di ruang
keluarga. Ya, itu adalah hal yang aneh menurutku karena jarang sekali
mereka dapat berkumpul bersama. Dan yang bikin aku tambah bingung adalah
melihat ekspresi mereka semua. Wajah yang murung, atau amarah? Atau
kecewa? Entahlah, mereka bagai punya seribu wajah. Tak bisa ku lukiskan
dengan kata-kata.
Entah mengapa saat itu juga
jantung ku bekerja tiga kali lipat dari biasanya. Tubuhku panas
mendadak. Aku tak tau mengapa. Apakah karena aura yang diciptakan mereka
atau bagaimana. Feelingku mengatakan bahwa there’s something wrong and
maybe the ’wrong’ –thing is me.
“cepat ke kamar mu, ganti baju dan cepat kembali ke sini! Ada yang mau kita bahas!” ujar mama dingin.
Perasaan ga enak itu semakin kuat.
Semakin dapat ku pastikan bahwa, yea the problem is on me.
Aku hanya mengangguk. Berjalan ke kamarku seakan berjalan sangat cepat,
oh Tuhan hentikanlah waktu, dan apanbila Engkau ijinkan, maka putar
baliklah waktu.
Tapi sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak padaku. Hikshiks
Sesaat kemudian aku sudah berada di ruang keluarga dimana mereka berkumpul.
Suasana mencekam sangat kentara di ruangan ini.
”a..ada apa..ma?” suaraku bergetar, berbisik hampir ga kedengeran.
”kamu gay?”
DEG….
”apa ma?” ulang ku seolah tak mendengar.
”APA KAMU GAY??! JAWAB!!”
Tanya mama mengejutkan ku dengan suara yang menggelegar.
Sudah bisa dipastikan wajahku sangat pucat.
Mulutku terbuka, terlihat seperti akan menjawab. Padahal tak ada
satukata pun yang terlintas di kepalaku. Saat mendengar mama bertanya
seperti itu, serasa aku terjatuh hingga lebih dalam dari dasar lautan.
Tubuhku lemas seperti ada yang meloloskan tulangku.
”a.aaah..apaan sih ma” ujarku sambil mencoba untuk relax dan tersenyum.
”JAWAB SAJA YA ATAU TIDAK!!”
Kali ini papa yang angkat bicara. Sungguh, aku tak pernah membuat
orangtuaku semarah ini. Sungguh, ingin sekali aku menangis. Rasanya
kelenjar air mataku bekerja lebih cepat.
”jika kamu
tidak mengatakan apa-apa maka kami simpulkan ya, kamu GAY!” sekarang
kakakku yang ambil alih pembicaraan. Sungguh terasa aku disudutkan. Aku
hanya bisa menunduk.
PPLAAKKK!!!
Pipiku panas. Ku raba pipiku. Papa kembali ke tempat duduknya setelah menamparku sambil memegang dada sebelah kirinya.
Oke, kali ini aku tak bisa lagi membendung air mataku. Air mataku
dengan lancarnya mengalir bak air yang mengalir dari hulu ke hilir.
”kenapa dy? Kenapa?!”
Aku hanya menggelengkan kepala. Ya aku tak tau ma kenapa aku bisa
seperti ini. Seandainya aku bisa memilih jalan hidup, aku tak akan
memilih hidup sebagai gay. Ingin sekali aku menjawab itu atas pertanyaan
mama, namun, lidahku kelu, aku tak ingin lagi menyakiti hati mereka
dengan jawaban-jawabanku. Biarlah aku yang tanggung, cukup aku saja yang
merasakan sakit. Jangan mereka.
”kenapa kamu hanya menggeleng!?”
Aku bingung mau menjawab apa. Entah, apakah karena aku gay mereka
sampai semarah itu? Ya aku tau, mereka benci sekali gay. Saat itu aku
sedang berkumpul bersama di malam yang cerah sambil menonton TV kabel.
Dan kebetulan menayangkan film yang berbau homoseksual. Saat itu juga
mama nyeletuk.
”tuh lihat, gay memang kotor, dengan
gampangnya mereka bercumbu, bersetubuh. Apa mereka tak kenal dosa? Haha
mereka memang kotor sekali! Dasar makhluk bejat!”
”betul banget ma! Ada teman kuliahku yang gay, benci sekali aku,
sampe-sampe aku sering mengerjai dia karena ketahuan suka ngelirik aku!”
timpal kak Gary.
”duh! Kamu hati-hati nak, jangan
dekat-dekat sama orang seperti itu. Jauhi mereka! Nanti kamu tertular.
Mereka itu seperti virus” sahut papa.
Aku yang
posisinya di atas sofa hanya bisa tertunduk, terdiam. Ingin sekali aku
mengatakan, aku tak begitu ma, pa, kak. Aku tak begitu! Ga semua gay
seperti itu . Saat itu aku hanya bisa kembali ke kamar dan tidur
ditemani isakan tangis miris dari bibirku.
- – -
”sudah! Lama-lama papa bisa kena serangan jantung kalau disini terus!”
” ya sudah pa, ayo kita ke kamar saja!”
”ma, pa, Gary ke rumah teman dulu ya”
Mama dan papa mengangguk, lalu mereka masuk ke kamar, sedang kak Gary
keluar menuju pintu. Sebelum keluar, sempat ku lihat dia melirikku
dengan tatapan sinis.
Hatiku miris.
Serasa teriris.
Rasanya ingin lagi ku menangis.
Ku berjalan lunglai menuju kamar.
Ku tutup pintu, dan ku kunci. Sejenak ku berdiri di depan pintu,
melihat sekeliling kamarku. Lemariku yang berisi banyak piala, piagam,
dan penghargaan serta sertifikat dari lomba yang ku ikuti baik itu
akademik maupun non akademik.
Dada ini sesak.
Ku berjalan pelan ke arah meja belajar. Ku tatap sendu tiap foto yang
kupajang disitu. Ada foto saat aku ulang tahun yang ke 4. aku tersenyum.
Aku ingat sekali aku mendapatkan banyak hadiah dan kak Gary ngiri
sekali hingga sepanjang acara ulang tahunku, ia cemberut dan setelah
acara ulang tahunku selesai, aku memberikan sebagian mainanku padanya
yang waktu itu berumur 7 tahun. Lalu ku tatap lagi foto di sebelahnya
dimana saat kakaku berumur 17 tahun. Saat itu kami membuat acara pesta
ulangtahun kecilkecilan di rumah. Saat itu suasana sangat gembira dan
penuh suka cita.
Dan masih banyak lagi foto-foto yang ada di meja belajarku dan kutatapi satusatu.
Kenangan masa lalu.
Hatiku pilu.
Tak terasa sudah hampir satu jam aku tatapi foto-foto itu sehingga habis sudah tenagaku.
Ku rebahkan badanku. Ku tertidur.
- – -
Ku bangun, ku lihat jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Tumben mama dan
papa tidak membangunkanku. Apa mereka masih marah? Ku harap tidak.
Ku keluar kamar dengan suatu perasaan ganjil. Perasaan yang tidak
pernah ada dalam hidupku saat aku keluar kamar. Ya, rasa takut. Aku
takut sekali untuk keluar kamar. Namun ku beranikan diri untuk keluar
kamar.
Ku berdiri di depan ruang makan. Mereka
bertiga tengah asik tertawa ria menikmati sarapannya tanpa aku. Namun
aku senang, setidaknya sepertinya mereka telah melupakan kejadian
kemarin. Ku berjalan menuju meja makan.
Saat mereka
melihat aku datang, mereka langsung menatapku terdiam, lalu dengan
segera mereka menyelesaikan makannya dan pergi satupersatu meninggalkan
aku di ruang makan.
Aku tertegun dalam duduk diamku.
Ku segera mengambil piring dengan gamang dan mengambil nasi goreng.
Astaga. Sedikit sekali. Apa mama hanya memasakan sarapan untuk mereka
saja? Sedih hatiku.
Ku ambil sarapan dan ku makan sendiri.
- – -
Hari hariku tak sama lagi. Mereka menjauhiku, seakan aku ini virus
mematikan. Mereka memarahiku, seakan aku selalu membuat kesalahan yang
sebenarnya tak ku perbuat. Mereka bahkan terkadan tak memandangku,
seakan aku tidak ada di rumah ini.
Hampir setiap
hari, setiap aku pulang sekolah, aku hanya berjalan menuju kamar,
berdiam diri dan menulis buku harian. Ya, dulu aku sangat menjauhi
kegiatan menulis buku harian, karena menurutku itu sangat useless. Tapi,
sekarang malah aku senang menulis buku harian atau diary. Karena hanya
dengan buku itulah aku dapat menuangkan perasaan-perasaan yang sedang
aku rasakan saat itu dan apa yang aku alami selalu ku tulis di buku itu.
Buku itu menjadi teman baru bagiku.
Ohya, ternyata
di sekolahku juga sudah tersebar bahwa aku gay. Aku sendiri sampai
sekarang belum tau siapa sebenarnya yang menyebarkan rahasia bahwa aku
gay. Hhhh seingat aku aku tidak pernah mengatakan pada siapapun bahwa
aku gay.
Sekarang, di rumah maupun di sekolah aku mulai dijauhi.
Hanya dua temanku yang mau menerimaku apa adanya. Jason dan Lindsey. Aku sering curhat padanya.
- 7 tahun kemudian –
Aku sudah semakin dewasa, aku pun sudah lulus sebagai mahasiswa
kedokteran umum di sebuah universitas negeri terkemuka di Yogyakarta.
Sedihnya, keluargaku masih belum mau menerimaku. Sampai wisudaku pun
mereka tidak datang. Sedihnya :’( bayangkan bagaimana perasaanku saat
itu. Sekarang aku sudah bekerja, mengumpulkan uang untuk mengambil S2
spesialis ortopedi.
Sekarang aku sedang berada dalam ruang kerjaku.
Kriiiiinnnnggggg…..
Teleponku berdering.
Ku angkat, ”hei! Cepat datang ke Rumah Sakit XXX di ruangan 312! Kakak mu kecelakaan!!” suara perempuan entah siapa di telepon.
”OKE!”
Panik sekali aku saat mendengar hal itu. Aku tak bertanyatanya lagi
siapa perempuan itu, aku langsung bergegas ke rumah sakit, sebelumnya
aku meminta sekretarisku untuk membatalkan jadwalku pada hari ini dengan
alasannya.
Sesampainya di rumah sakit aku langsung
menuju ke kamar dimana kakakku di rawat. Ada mama disitu, tak ada papa,
mungkin masih di kantor. Satu kata yang terlintas di kepalaku saat
melihat kakakku terbaring tak berdaya di ranjang. Parah. Di perban di
bagian mata, dan di perban di tangan. Kaki disangga, kanan dan kiri.
Tiba-tiba tulang-tulangku sangat sakit. Sakit sekali. Hingga aku
meringkuk di lantai. Mama terlihat kaget, tetapi ia tak bergeming, hanya
menatapku.
Tulangku seperti remuk menjadi kepingan! Sakit bukan main!
Aku hendak keluar kamar.
”mau kemana kamu! Kakakmu sedang sakit begini, kamu bukannya menyapa, malah main datang dan pergi begitu saja”
Aku menahan rasa sakitku, dan duduk di bangku dekat kasur. Aku tetap meringis kesakitan. Mama memandangku aneh.
”apakabar kak?”
”bodoh! Sudah jelas ia sedang sakit!”
Aku hanya tersenyum kecut sambil menahan sakit.
- 4 bulan kemudian –
Semenjak hari itu, tulangku sering terasa sakit yang amat sangat. Oh
ya, kakakku sudah mendingan tetapi dokter mengatakan bahwa kinerja
matanya hanya 7%. Kakakku di vonis buta. Akibat kecelakaan itu
Aku memutuskan untuk periksa ke rumah sakit. Terdengar aneh bukan?
Seorang calon dokter spesialis tulang malah bertandang ke rumah sakit
spesialis tulang. Tapi mau di kata apa lagi aku ga bisa periksa tubuhku
sendiri, itulah sebabnya manusia tidak bisa tinggal dan hidup sendiri.
Manusia tetap membutuhkan orang lain untuk menjalani hidupnya.
Dan betapa kagetnya aku setelah mendapatkan hasil tesku.
Sungguh, lemas aku di buatnya.
Ya Tuhan, apalagi yang mau kau beri kepadaku? Cobaan apa lagi?
Semenjak itu aku seperti tak selera hidup.
Kerjaku di rumah sakit juga sedikit terbengkalai karena aku lebih suka
melamun sampai aku hampir kena pecat karena kerja ku yang kurang baik
pada pasien.
Tapi aku akan mencoba untuk tetap konsisten.
- – -
Tiba-tiba saja aku mendapatkan ide sangat cemerlang menurutku. Ya, dari pada sia-sia, lebih baik di gunakan!
Lagipula rasa sakit yang menderaku sudah tak sanggup lagi aku bendung.
Aku resign dari kerjaku sebagai dokter.
Aku menuliskan surat kepada orangtuaku bahwa aku ada kerja di luar pulau sekurang-kurangnya dua tahun.
Ya, selama dua tahun itulah aku akan terus berbaring di tempat tidur.
Betul sekali apa yang ada di pikiran Anda. Aku berbohong.
Yaa, do a little white lie hehe i think it is not a big deal.
Sebenarnya aku samasekali tidak ada di luar pulau. Aku hanya berpindah
kota saja. Disana aku dirawat, selagi aku masih bisa, aku akan terus
menulis diary.
Karena tubuhku semakin lama semakin lemah dan rasa sakit ini terkadang membuat aku tak bisa lagi menulis.
Mau aku beri tau apa itu hasil tesku? Saat itu aku terkena kanker
tulang stadium 3. dan sekarang, aku sudah di rawat di rumah sakit ini
kurang lebih 1 tahun. Dan memasuki stadium 4 dan dokter ku bilang, aku
divonis hanya dapat hidup sekurang-kurangnya dua tahun.
- – -
Dua setengah tahun sudah aku mengendap di rumah sakit. Aku berterima
kasih kepada Tuhan yang di kesepianku masih mau menemaniku dan masih mau
memberiku waktu setengah tahun untuk hidup lebih panjang lagi.
-THE OTHER SIDE, Gary Point of View-
”kemana itu anak!? Dasar gay tak berguna! Sudah kerja tak pernah
sedikitpun mengantarkan uang pada orang tua! Kakaknya sedang sakitpun ia
tak pernah pulang sekadar menjenguk!”
Mama meracau. Yah,
semenjak aku kecelakaan, aku tak bisa pungkiri lagi bahwa aku memang
kangen dengan adikku satu-satunya itu . Terkadang aku sering merasa
bersalah.
”sudah lah ma, mungkin ia sedang sibuk”
Aku buta sekarang. Tak ada lagi yang dapat ku lihat. Huruf braille jadi makananku setiap hari.
Mama dan papa masih belum mau menerima adikku sepertinya. Sedangkan aku
sudah merindukannya. Aku rindu saat kita bermain bersama. Dimana kamu
Ardy? I miss you brother :’(
I’m sorry for everything.
Kriiiinnnnnggggg….
”ma, can you help me? Tolong angkat teleponnya”
“oke”
Aku sedikit menguping pembicaraan mama.
”ya, betul”
”…..”
”apa??!”
”…..”
”oh terima kasih Tuhan! Terima kasih pak! Kapan bisa dilakukan?”
”….”
”baik pak! Baik! Terima kasih!”
Mama menutup teleponnya.
”ada apa ma?”
”kamu…kamu mendapatkan donor mata sayang!” terdengar suara mama
bergetar. Hatiku pun bergetar. Sungguh bahagianya! Ya memang semenjak
aku di vonis buta, mamaku meminta dokter untuk mencarikan donor mata
untukku, sayangnya tidak ada yang cocok hingga akhirnya setelah menunggu
sekian lama, aku akhirnya mendapatkan juga donor mata itu.
Aku menangis.
Aku jadi ingat adiku. Kembalilah Dy, kakak ingin melihatmu! :”) dan
kembali mendengar suaramu dan bermain bersama lagi. Ya walaupun aku
sudah tunangan, tapi aku kangen sekali bermain dengan dia.
”kapan aku bisa operasi ma?”
”minggu lusa sayang”
- – -
Dua hari telah ku tunggu, kini tiba saatnya bagiku untuk melakukan
operasi. Ada rasa was-was dalam diriku apabila operasi ini tak berjalan
dengan lancar.
Ku serahkan semuanya kepada Tuhan.
”kemana ini adikmu!? Sungguh tak punya perasaan! Dia bilang hanya dua tahun! Tapi sekarang sudah lewat setengah tahun lebih!”
Aku yang sudah berbaring di ranjang dorong hanya bisa menghela nafas. Aku ingin fokuskan dulu sementara ke operasiku nanti.
- – -
Kepalaku pusing sekali. Tubuhku lemas pasca operasi. Kesadaranku
perlahan mulai membaik. Bisa kurasakan kaki dan tanganku dingin. Mungkin
karena pengaruh AC atau bisa saja karena aku sedang gugup. Ya gugup
karena banyak hal. Apakah operasi berhasil? Apakah aku bisa melihat
lagi? Dimana mama dan papa? Dimana adikku? Atas nama siapa mata ini di
donorkan?
$0D
Hhhh kepalaku tambah pusing memikirkan hal itu.
Aku tak tau di mana diriku sekarang, mataku masih di perban sepertinya. Tapi sepertinya aku sudah berada di ruang kamar pasien.
Tangan kananku menghangat, ada yang memegang tanganku.
”ma? Apakah itu mama?” suaraku keluar parau sekali. Haus diriku.
Tak ada jawaban.
”aku haus”
Tiba-tiba ada sesuatu, entah itu selang atau sedotan yang menempel di
mulutku. Tanpa pikir panjang aku sedot. Hmmm ternyata air putih.
”mama? Papa? Apakah itu kalian?”
Kembali ia melepas tanganku. Perlahan tanganku kembali dingin.
selang 30 menit, ada yang membuka pintu dan suara orang berbincang.
Sepertinya dokter.
”nak? Bagaimana kabarmu?”
Oh suara mama.
”mama?”
”iya nak ini mama”
”ma, aku baik saja.”
”bagaimana nak? Apa yang kamu rasakan?” tanya seorang lelaki yang aku yakini dokter.
”baik, tapi kepalaku terasa pening”
”itu wajar. Hmm kamu telah tertidur kurang lebih seminggu. Dan saya
rasa sekarang saatnya untuk kita mencoba membuka perbannya bu.” lanjut
dokter.
Ga berapa lama, dokter menyentuh perban di kepalaku.
”pejamkan matamu ya nak”
Perlahan perlahan dokter melepaskan perban di kepalaku,
”sudah terlepas perbannya.” kata dokter itu.
”jangan buka dulu matamu nak, suster, tolong tutup semua tirai dan matikan lampu besar, nyalakan lampu kecil”
Perintah dokter itu
”baik dok”
”oke, sekarang kamu boleh membuka matamu perlahan saja”
Aku mulai mencoba untuk membuka mataku.
”bagaimana nak?” tanya dokter itu.
”buram dok”
”sabar ya, kita tunggu beberapa menit. Suster! Tolong nyalakan lampu besar”
Seketika kamar terlihat terang. Aku dapat melihat bayangan mama,
dokter, dan seseorang yang memakai baju putih sepertinya itu suster.
”bagaimana nak?”
”masih buram dok”
Kudengar mama terisak.
”sabar bu, ini masih dalam proses adaptasi mata baru”
Kata dokter lembut menenangkan mamaku.
Perlahan tapi pasti aku dapat melihat dengan jelas.
”dok…”
”ya?” dokter dengan segera langsung menghampiriku.
”aku bisa melihat jelas!” sahut ku girang.
”syukurlaaah!!!! PUJI TUHAN!” pekik mama bahagia. Kulihat ia menangis bahagia.
Ya! Dapat kulihat. Semua dapat ku lihat. Cahaya, warna berbaur menjadi
satu. Dapat lagi kulihat dunia. Sungguh hatiku sangat senang.
”suster! Tolong ambilkan cermin!” kata dokter itu.
”baik dok!” dengan cekatan, sang suster kembali lagi dengan sebuah cermin dan memberikannya ke dokter.
”nak, coba kamu lihat di cermin.”
Ia menyodorkan cermin ke arah mukaku. Kulihat bayangan mukaku disana. Kuperhatikan mata baruku.
Mulutku terbuka, aku kaget. Mataku indah sekali! Ya tak bisa kupungkiri
bahwa mataku indah. Warnanya, biru kehijauan. Berkilauan.
”bagus sekali ma matanya!”
”iya nak!”
”dokter, kalau boleh apakah saya boleh tau atas nama siapa mata ini di
donorkan? Saya sangat ingin mengucapkan terimakasih” mamaku angkat
bicara.
”nanti saya akan berikan nomor dan kalian bisa tanya kepadanya atas nama siapa mata ini di donorkan.”
-14 minggu kemudian-
”maaa, ada tamu!”
”ya naak.” mama segera keluar dari kamarnya dan menyusul ke ruang tamu.
”ini ma, dokter Hendra,”
”ohh selamat pagi pak dokter. Silahkan duduk. Mau minum apa?”
”pagi juga ibu, teh saja bu”
”baik. Silahkan dulu berbincang-bincang dengan anak saya, saya akan buatkan teh”
”maaf bu jadi merepotkan”
”tak apa”
Mama tersenyum dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan teh.
”jadi.. pak dokter tau atas nama siapa mata ini di donorkan?”
Pak dokter itu hanya mengangguk. Ia lantas mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
”ini barang yang beliau tinggalkan”
Ia menyodorkan sebuah map besar coklat terlihat tebal.
”apa ini dok?” tanyaku setelah menerima map itu.
”buka saja”
Aku membuka map itu, ku keluarkan isinya, sebuah buku, entah buku apa,
dengan sampul berwarna coklat juga. Hmmmm sama ada satu map coklat
lainnya yang ukurannya lebih kecil. Duh cinta coklat banget sih.
“apa boleh ku lihat?” tanya ku hatihati ke dokter.
“tentu” kata dokter itu tersenyum.
Aku membuka buku itu.
Seperti halnya buku pada umumnya, buku itu dipenuhi tulisan tulisan. Sepertinya ini diary.
Kamis 14 november 1992
Mungkin akan terdengar lucu, aku dulu sangat enggan untuk menulis
catatan harian seperti ini, aku selalu menjauhi hal ini. Tapi entah
mengapa justru sekarang aku yang mendekati kegiatan ini dan mulai
menyukai kegiatan ini di kala semua orang menjauhi diriku.
Ya, kini, hari ini juga, hariku berubah. Hari-hariku berubah 180
derajat. Setelah mereka mengetahui sebuah rahasia terbesar yang ada pada
diriku. Rahasia yang selama ini aku simpan rapat-rapat. Akhirnya
terbuka. Terbuka dalam artian ya, bernar-benar terbuka.
ASTAGA ini????
Semua orang, orangtuaku, teman-teman ku sudah mengetahui segalanya. Aku
sendiri bingung mengapa bisa rahasia ini terungkap. Padahal aku tak
pernah melakukan hal yang macam-macam. Sekarang, saudaraku bahkan
menjadi musuhku hikshiks :’( terdengar ironis memang, saudara
satusatunya yang paling aku cintai, kak Gary, sekarang menjauhiku.
Seperti aku ini adalah virus mematikan yang harus di musnahkan.
Mama datang bergabung.
“kamu baca apa sayang?”
Aku tak dapat berkata.
Hhhh sungguh saat itu aku kaget sekali saat pulang sekolah, mama dan
papa serta kak Gary ada di ruang keluarga, seperti menantiku untuk
dihakimi. Perasaanku sungguh kacau saat itu. Perasaan tidak enak udah
mengalir. Hmmm namun apa daya? Aku tak bisa lagi berlari, diary. Apalagi
saat mama bertanya “apakah aku gay?” aku tak dapat berkata, saat itu
aku sungguh seperti terjun bebas dan jatuh ke lubang yang lebih dalam
dari samudra. Gamang. Hampa. Banyak pikiran berkecamuk, sangking
banyaknya sampai aku tak dapat lagi berpikir. Aku ingin menjawab setiap
pertanyaan yang mereka ajukan, namun aku tahan. Sudah cukup aku mebuat
kecewa mereka segitu dalamnya, cukuplah, tak perlu lagi aku tambah
masalah. Aku ingin sekali meminta maaf, tapi aku takut sekali. Takut
mereka tak mau menerima maafku. Aku tak sanggup lagi bila tak mendapat
maaf dari mereka, maka aku urungkan niatku untuk minta maaf.
“kamu baca apa sih say?”
“ini….ini..diary ma, ayo kita baca bersama”
Mataku memanas. Dimanakah engkau adikku?
Jumat 15 november 1992
Hari ini aku takut sekali untuk keluar kamar, tak seperti biasanya, aku
selalu ceria dipagi hari walaupun baru bangun tidur untuk menyambut
pagi bersama keluarga dan sarapan dengan suasana yang hangat
kekeluargaan. Namun kali ini aku bagai anak yang tidak pada sarangnya.
Seperti bukan di rumah sendiri. Aku keluar kamar dan menuju meja makan,
sejenak aku berhenti di depan ruang makan. Kulihat mereka bercanda ria
seperti hari biasanya. Aahhhhhhh saat itu ada kelegaan luar biasa di
hatiku, pikirku mereka sudah melupakan kejadian kemarin.
Tapi ternyata aku salah. Saat aku menghampiri mereka, mereka menatapku
dan mulai bergegas menyelesaikan mereka lantas berlalu satu persatu
meninggalkan ruang makan. Hatiku pilu. Ternyata mereka masih marah
padaku.
Hatiku bertambah pedih saat ternyata tak ada
sarapan buat ku, hanya tersisa setengah centong nasi goreng yang
tersisa. Ku ambil sisa itu dengan tangan gemetar lalu duduk di meja
makan dan makan dalam keheningan. Tak terasa air mataku merintik keluar.
Sebegitu marahnyakah mereka hingga sarapan pun aku harus mengambil sisa
dan makan dalam kesendirian?
- – - – -
Selasa 21 maret 1993
Ya benar aku nyatakan bahwa hidupku tak lagi sama. Sudah berbulanbulan
sejak kejadian itu, mereka tak lagi mau menerimaku. Teman di sekolahpun
aku tak ada, hanya Jason dan Lindsey lah yang masih mau menerimaku. Aku
sangat berterimakasih kepada mereka.
Apakah menjadi
seorang gay salah? Toh itu bukan jalan hidup yang aku mau pilih? Apabila
aku dapat memilih jalan hidupku, tentu aku tak mau hidup seperti ini.
Terkadang aku bingung sama Tuhan, ia yang menciptakan manusia dengan
berbagai karakternya, termasuk straight, gay, lesbian, and bisexual.
Tapi mengapa Ia hanya menghalalkan straight? Apakah kaum gay lesbian dan
bisexual mahluk sampah? Kenapa Tuhan yang menciptakan tapi Ia justru
juga melarang? Mengapa Ia membiarkan ada rasa seperti ini di dunia?
Aku bingung. Sejenak aku berpikir bahwa aku akan mengakhiri hidupku,
namun entah mengapa aku tak bisa. Aku tak bisa meninggalkan dunia ini
dengan segala masalah yang aku perbuat.
“mah,,, ini,, diary Ardy” aku menatap nanar mama. Mama terlihat seperti menerawang.
Selasa 12 april 1993
Happy birthday papa! Aku ingin sekali mengucapkan itu di depan papa
langsung namun aku tak bisa. Mereka tak menginginkanku lagi. Lagipula
aku sudah tak punya muka lagi di hadapan mereka. Maka aku hanya taruh
surat ucapan selamat ulang tahun tanpa memberikan nama, dan juga sebuah
kado di depan kamar papa di subuh hari. Hadiah yang aku berikan adalah
jam tangan Swiss Army yang dulu papa idamkan. Aku sudah menabung lama
untuk dapat membelikan papa hadiah itu. Maaf pa, aku telah mengecewakan
papa. Aku sungguh tak berniat sekalipun mebuat papa kecewa. Semoga papa
umur panjang :’)
Aku sengaja tak mencantumkan namaku
di surat tersebut karena ya, kalau aku mencantumkannya, pasti papa akan
tidak sudi menggunakannya. Aku senang sekali saat aku mengintip dari
pintu kamar di pagi hari, papa dengan gembira menggunakan jam tangan itu
dan memamerkannya ke kak Gary dan mama.
- – - – -
Selasa 2 oktober 2000
Mama!! Papa!! Kak Gary! Aku lulus menjadi sarjana kedokteran umum
dengan predikat terbaik! Cum laude!! Aaaaaaaa aku senang sekali. Aku
ingin sekali memeluk mama dan papa seperti yang teman-teman ku lakukan
saat wisuda. Namun, sayangnya mama dan papa ataupun kak Gary tak datang
ke acara wisudaku. Sungguh sedih sekali. Aku hanya bisa menangis dan
berjalan ke toilet agar tak merusak suasana sukacita teman-temanku.
Kamis 16 juli 2002
.
Aku kaget sekali ketika mengetahui bahwa kakakku kecelakaan! Panik
diriku. Ya Tuhan, jangan dulu kau ambil nyawa kakakku, aku sangat
menyayanginya, walaupun jarang aku bertemu dengannya tapi aku sangat
rindu padanya.
Air mataku turun tanpa dapat aku cegah
Aku mengunjungi kakakku. Disitu ada mama juga, aku tersenyum secara
spontan. Ingin sekali aku peluk mama seperti aku memeluk mama waktu aku
masih kecil, namun sepertinya mama masih tak mau menerimaku.
Aku sedih sekali ketika melihat kak Gary terbaring tak berdaya di
ranjang pasien. Apa lagi setelah mengetahui bahwa kakakku sudah di vonis
dokter akan buta permanen.
Saat itu tibatiba pertulanganku
sakit sekali. Tak dapat ku lukiskan betapa sakitnya tulangtulang di
sekujur tubuhku, aku tak tau mengapa.
Rabu 24 november 2002
Belakangan ini aku sering sekali mengalami sakit yang amat sangat di
setiap pertulanganku. Akhirnya aku periksakan keadaanku ke dokter
tulang.
Jumat 26 november 2002
Aku dapatkan hasil tesku kemarin rabu, aku kaget sekali saat membaca
hasil tes ku. Ternyata aku mengidap kanker tulang stadium 3. saat itu
juga hidupku kembali berkecamuk. Tak ada selera untuk hidup. Dan kata
dokter aku harus sudah mulai berbaring di tempat tidur untuk jangka
waktu yang lama, untuk perawatan.
Aku memikirkan
biaya yang keluar untuk perawatan itu. Untung aku ada asuransi jiwa dan
sedikit tabungan. Yahhh maaf maa, tadinya aku mau beliin mama mobil baru
hadiah ulang tahun mama yang ke 47, tapi sekarang itu hanya tinggal
impian, karena tabunganku harus ku pakai untuk berobat.
Minggu 19 januari 2004
Aku sudah mulai menetap di rumah sakit. Aku akan terus berbaring tak
berdaya di sini. Aku sering menatap hampa langit-langit kamarku. Kemarin
dokter bilang bahwa aku hanya bertahan hidup tinggal 2 tahun lagi. Maka
dari itu, tiga hari yang lalu, aku meninggalkan kotaku dengan sebuah
surat kepada mama dan papa bahwa aku harus dipindah kerjakan di luar
pulau. Maaf ma, aku harus berbohong. Aku tak mau membuat mama dan papa
sedih lagi (aku sendiri ragu, apakah mama akan sedih juga bila tau bahwa
umurku tinggal 2 tahun lagi?)
Kulihat mama menitikkan air mata. Begitu pula aku. Tak kuasa aku membaca tulisan ini. Namun aku penasaran. Sungguh!
Tapi tenang, aku punya kejutan yang tak kalah menarik untuk kalian
Senin 20 januari 2004
Bryan datang ke kamar ku. Dia adalah pria yang aku cintai. Pria nakal
hehehe nakal dalam artian benarbenar nakal. Hmmm dia pujaan hatiku ma,
pa. Begitu elok parasnya, tampan sekali. Ia adalah temanku di SMA dulu.
Aku tak tau apa yang membuat ia datang kemari, padahal dulu ia adalah
salah satu orang yang selalu menghinaku. Ia bilang, ia membawakan satu
berita untukku. Namun berita yang ia bawakan ternyata tak setampan
wajahnya (?) hehhehhe. Ternyata dia yang telah membeberkan rahasiaku.
Dia juga minta maaf. Aku tanya dia, dari mana dia tau bahwa aku gay. Dia
bilang, tak sengaja melihat catatanku yang bertuliskan bahwa aku sangat
cinta pada Bryan.
Aku kecewa dan menangis pelan,
namun aku tak bisa lagi marah padanya, semuanya sudah terjadi dan
terlanjur menjadi bubur, tak bisa diubah lagi menjadi beras. Aku
memaafkannya, dan ia berjanji padaku akan menjagaku di sampai hari
terakhirku.
“saya, dokter Hendra adalah pengurus
dari Ardy Suherman. Di saat terakhirnya, kami sedang berupaya untuk
tetap memompa jantungnya agar tetap berdetak. Namun, struktur tulangnya
sudah rusak sedangkan banyak pembulu darah dan syaraf penting yang
melekat pada tulang. Sehingga, nak Ardy tak lagi dapat hidup. Ia
meninggal pada hari kamis 30 november 2006. dan empat bulan sebelum
meninggalnya, dia sempat memberikan saya wasiat agar matanya di donorkan
untuk kakakknya yang bernama Gary Suherman. Untungnya segala
persyaratan donor mata terpenuhi sehingga dapat di donorkan.”
Air mataku sudah tak perlu ditanya lagi, begitu pula mama yang menutup
wajahnya dengan sepasang tangannya, tak bisa ditutupi bahwa mama
menangis.
“jadi dok, mata ini…”
“ya, mata yang sekarang ada padamu adalah mata adikmu”
Tangisanku pecah.
Pintu terbuka dan papa masuk. Papa kaget sekali dengan apa yang terjadi di ruang tamu.
“pagi, pak” sapa sang dokter ke papa.
“ya pagi. Tadinya saya mau mengambil dokumen penting yang tertinggal. Tapi, apa yang terjadi di tempat ini?”
“pa!! Ini…ini..mata ini.. adalah milik Ardy”
“apa?! Coba sini papa lihat!”
Papa segera mendekatiku dan menatap mataku lekat-lekat. Perlahan dia menitikan air mata.
“ya, ini adalah mata Ardy, ayah ingat sekali ia memiliki mata yang
berbeda, matanya biru laut kehijauan…..” papa hening sejenak.
“….bodohnya papa!! Bodohnya tidak mengetahui bahwa ini adalah mata
anakku sendiri!! Lantas dimana anakku Ardy???!” tanya papa panik.
“maaf pak, Ardy sudah wafat november lalu. Waktu itu dia bersikeras
agar matanya dapat di donorkan ke kakakknya. Sungguh, saya sendiri yang
bukan bagian dari keluarganya sungguh terharu. Selain pada diary itu,
dia telah menceritakan semuanya kepada saya apa yang terjadi. Maaf pak,
bu, bukannya saya mau ikut campur. Tapi, sebagaimanapun dan seperti
apapun anak yang Anda miliki, itu adalah titipan dari Tuhan. Sekiranya
kita sebagai orang tua mau menjaganya dan menerima anak sendiri dengan
lapang dada. Dia adalah anak yang baik dan berbakti”
Dokter Hendra pun ikutan menitikan air mata.
“saya melihat seperti apa perjuangannya melawan penyakit, dia adalah
seorang lelaki yang tangguh. Ia mampu bertahan. Waktu itu saya vonis dia
hanya bisa hidup selama 2 tahun, namun dengan tekadnya yang ingin tetap
hidup membuat ia mampu bertahan hingga setengah tahun lamanya.” Lanjut
dokter Hendra.
“ya dok, dia anak yang baik!” kini mama ikut berbicara di sela tangisnya.
“dia tak pernah sekalipun mengecewakan kami, dia selalu menjadi
penengah, dia selalu bisa membuat bangga dengan segala prestasinya.
Namun, hanya karena ia gay kami jadi memojokkan dia. Saya sangat
menyesal” tangisan mama pecah
“aku sendiri tak bisa membayangkan dia wisuda tanpa pendamping dari keluarga” ujarku tersendat
“predikat yang ia dapatkan pun adalah cum laude.” Lanjutku.
Kamipun segera menuju ke tempat dimana Ardy di kuburkan. Kami sangat
menyesal. Sungguh, kami sangat menyesal. Rasa dosa menjalar di hati kami
semua. Tangisan tak dapat lagi di bendung. Disaat ia wisuda tak ada
yang datang. Disaat dia sekarat tak ada yang menemani. Di hari
terakhirnya pun tak ada sanak saudara yang mendampingi, hingga di hari
ia dikuburpun tak ada yang hadir. Sungguh penyesalan ini melekat erat di
dada kami.
Maafkan kami Ardy, maafkan kami. Sungguh. Mama jatuh pingsan saat melihat batu nisan bertuliskan Ardy Suherman.
Perasaan bersalah menghinggapi kami.
Maafkan kami Ardy. And thanks a lot for The Eyes. Aku dapat merasakan
kehadiranmu, aku senang sekali setidaknya ada bagian dari dirimu yang
ada pada diriku. Maafkan aku adikku!
Kamis, 10 Januari 2013
Japanese Culture
Jika dilihat sekilas, Jepang adalah negara yang paling sopan
penduduknya. Kenapa? Karena mereka paling sering membungkuk. Entah itu
meminta maaf, berkenalan, bertamu di rumah orang, mengatakan permisi,
bahkan sampe berbicara di telepon pun orang jepang sampe membungkuk
sedikit (padahal orang yang berbicara dengannya tidak bisa melihat dia).
Membungkuk (お辞儀, ojigi) adalah sebuah keharusan. Tradisi yang sudah harus diajarkan kepada anak-anak sejak balita. Ada beberapa jenis cara membungkuk, mari kita pelajari satu per satu...
1. Mengangguk Pelan, 5 Derajat:
Ini hanya anggukan kecil kepala kamu. Cara anggukan ini lebih ditujukan jika kamu bertemu dengan teman lama, tetangga, atau keluarga dekat. Oh ya, kalau kamu orang yang berpangkat tinggi (seperti Perdana Menteri atau Boss Yakuza), kamu juga bisa mengangguk pelan seperti ini kepada orang-orang yang membungkuk ke kamu. Ini artinya orang lain-lah yang harus lebih menghormati kamu, kamu cukup mengangguk pelan saja untuk menerima penghormatannya.
2. Membungkuk Salam (Eshaku / 会釈), 15 Derajat:
Cara membungkuk ini sedikit lebih formal. Digunakan untuk memberi salam kepada orang-orang yang sudah kamu kenal di kantor atau kepada orang-orang yang kamu tahu tapi tidak terlalu kenal.
3. Membungkuk Hormat (Keirei / 敬礼), 30 derajat:
Ini adalah cara membungkuk yang sangat formal. Digunakan untuk menunjukan rasa hormat kamu kepada boss di kantor, kepada orang-orang yang jabatannya lebih tinggi atau kepada mereka yang jauh lebih tua.
4. Membungkuk Hormat Tertinggi (Sai-keirei / 最敬礼), 45 derajat:
Ini adalah cara membungkuk yang mempunyai arti sangat dalam. Ini adalah cara kamu menunjukkan rasa bersalah kamu yang sangat dalam. Ini adalah cara kamu meminta maaf kalau kamu melakukan kesalahan besar. Atau bisa juga digunakan untuk memberikan hormat kepada orang-orang yang sangat tinggi jabatan dan status sosialnya, seperti Kaisar Jepang misalnya.
5. Membungkuk Berlutut:
Kamu tidak akan terlalu sering melihat orang membungkuk seperti ini di muka umum, karena cara membungkuk seperti ini adalah cara membungkuk yang amat sangat dalam artinya. Orang akan berlutut seperti ini jika dia telah melakukan kesalahan fatal, seperti kesalahan yang mengakibatkan kematian orang lain. Ini juga cara orang-orang menghormati Kaisar di jaman dulu.
Intinya, semakin kamu menghormati orang tersebut, semakin dalam bungkukan kamu. Semakin besar perasaan bersalah kamu kepada seseorang, semakin dalam pula bungkukan kamu. Orang Jepang memang dikenal paling sering meminta maaf.
Mungkin karena meminta maaf berarti mengakui kegagalan sendiri atau mengaku bersalah, kita tampak enggan untuk meminta maaf sebelum terbukti siapa yang melakukan kesalahan. Tapi di Jepang, kata "egoisme" tidak ada tempat untuk berkembang. Di Jepang, meminta maaf dianggap sebagai kewajiban, meskipun belum tentu kamu yang salah. Permintaan maaf menunjukkan bahwa seseorang rela bertanggung jawab dan menghindari menyalahkan orang lain.
Semakin tinggi jabatan seseorang, maka dia harus semakin berani meminta maaf jika dia atau anak buahnya melakukan kesalahan. Makanya tidak heran jika banyak pejabat pemerintahan, seperti walikota, gubernur, menteri dan perdana menteri sekalipun yang membungkuk meminta maaf kepada publik dan akhirnya memilih mengundurkan diri daripada malu dibicarakan orang -- sesuatu yang amat sangat jarang kita lihat di Indonesia.
Membungkuk = Ojigi / お辞儀
Source :http://www.jepang.net/
Membungkuk (お辞儀, ojigi) adalah sebuah keharusan. Tradisi yang sudah harus diajarkan kepada anak-anak sejak balita. Ada beberapa jenis cara membungkuk, mari kita pelajari satu per satu...
1. Mengangguk Pelan, 5 Derajat:
Ini hanya anggukan kecil kepala kamu. Cara anggukan ini lebih ditujukan jika kamu bertemu dengan teman lama, tetangga, atau keluarga dekat. Oh ya, kalau kamu orang yang berpangkat tinggi (seperti Perdana Menteri atau Boss Yakuza), kamu juga bisa mengangguk pelan seperti ini kepada orang-orang yang membungkuk ke kamu. Ini artinya orang lain-lah yang harus lebih menghormati kamu, kamu cukup mengangguk pelan saja untuk menerima penghormatannya.
2. Membungkuk Salam (Eshaku / 会釈), 15 Derajat:
Cara membungkuk ini sedikit lebih formal. Digunakan untuk memberi salam kepada orang-orang yang sudah kamu kenal di kantor atau kepada orang-orang yang kamu tahu tapi tidak terlalu kenal.
3. Membungkuk Hormat (Keirei / 敬礼), 30 derajat:
Ini adalah cara membungkuk yang sangat formal. Digunakan untuk menunjukan rasa hormat kamu kepada boss di kantor, kepada orang-orang yang jabatannya lebih tinggi atau kepada mereka yang jauh lebih tua.
4. Membungkuk Hormat Tertinggi (Sai-keirei / 最敬礼), 45 derajat:
Ini adalah cara membungkuk yang mempunyai arti sangat dalam. Ini adalah cara kamu menunjukkan rasa bersalah kamu yang sangat dalam. Ini adalah cara kamu meminta maaf kalau kamu melakukan kesalahan besar. Atau bisa juga digunakan untuk memberikan hormat kepada orang-orang yang sangat tinggi jabatan dan status sosialnya, seperti Kaisar Jepang misalnya.
5. Membungkuk Berlutut:
Kamu tidak akan terlalu sering melihat orang membungkuk seperti ini di muka umum, karena cara membungkuk seperti ini adalah cara membungkuk yang amat sangat dalam artinya. Orang akan berlutut seperti ini jika dia telah melakukan kesalahan fatal, seperti kesalahan yang mengakibatkan kematian orang lain. Ini juga cara orang-orang menghormati Kaisar di jaman dulu.
Intinya, semakin kamu menghormati orang tersebut, semakin dalam bungkukan kamu. Semakin besar perasaan bersalah kamu kepada seseorang, semakin dalam pula bungkukan kamu. Orang Jepang memang dikenal paling sering meminta maaf.
Mungkin karena meminta maaf berarti mengakui kegagalan sendiri atau mengaku bersalah, kita tampak enggan untuk meminta maaf sebelum terbukti siapa yang melakukan kesalahan. Tapi di Jepang, kata "egoisme" tidak ada tempat untuk berkembang. Di Jepang, meminta maaf dianggap sebagai kewajiban, meskipun belum tentu kamu yang salah. Permintaan maaf menunjukkan bahwa seseorang rela bertanggung jawab dan menghindari menyalahkan orang lain.
Semakin tinggi jabatan seseorang, maka dia harus semakin berani meminta maaf jika dia atau anak buahnya melakukan kesalahan. Makanya tidak heran jika banyak pejabat pemerintahan, seperti walikota, gubernur, menteri dan perdana menteri sekalipun yang membungkuk meminta maaf kepada publik dan akhirnya memilih mengundurkan diri daripada malu dibicarakan orang -- sesuatu yang amat sangat jarang kita lihat di Indonesia.
Membungkuk = Ojigi / お辞儀
Source :http://www.jepang.net/
Labels:
Free
Belajar Dari Jepang
Heeeeey~ Mau dibawa kemana nih pendidikan kita ? -Belajar dari Jepang- ヾ(●⌒∇⌒●)ノ わーい
Mencermati realitas pendidikan Indonesia saat ini, kita harus jujur mengatakan bahwa sistem pendidikan yang dibangun masih belum ideal. Masih banyak ditemukan catatan kekurangan dalam beberapa hal. Misal digugatnya UAN oleh beberapa pihak, cacatnya pelaksanaan UAN karena berbagai fakta kecurangan yang dilakukan oleh oknum pendidik, tidak klop-nya pendidikan dengan dunia kerja, mahalnya biaya pendidikan, sarana pendidikan yang masih kurang memadai, dan lain-lain.
Menarik untuk mencermati pendidikan di Jepang. Jepang mewajibkan pendidikan dasar 9 tahun bagi warganya, sama seperti kita. Bedanya, pemerintah hingga lini terbawah siap dengan kebijakan pendidikan wajib 9 tahun tersebut. Akses masyarakat terhadap sarana pendidikan sangat mudah, karena setiap distrik pasti memiliki SD dan SMP dengan standar kualitas yang sama di seluruh Jepang. Dan semua biaya pendidikan dasar itu digratiskan…tis..tis… Kecuali untuk beberapa keperluan misal karya wisata, bentou (makan siang ).
Satu hal yang juga menarik, pendidikan dasar (shougakkou -SD) tidak mengenal ujian kenaikan kelas. Siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP (Chougakkou ) masih termasuk kelompok compulsory education , sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. Lantas, bagaimana mengevalusi para siswanya ?
Tentu saja tetap ada proses evaluasi. Guru tetap melakukan ulangan sesekali untuk melihat kemampuan dan daya serap murid terhadap pelajaran. Nilai yang diberikan bukan berupa angka, tapi huruf A, B, C, kecuali untuk pelajaran matematika. Nanti di kelas 4, 5 dan 6 SD para murid diberikan test IQ untuk melihat tingkat kemampuannya. Tapi hasil test itu bukan bertujuan untuk mengelompokkan para murid. Sistem pendidikan di Jepang tidak mengenal klasifikasi kelas berdasarkan tingkat kecerdasan siswa (ada kelas unggulan, sekolah unggulan dan seterusnya, seperti di Indonesia ). Semua kelas terdiri dari anak-anak dengan beragam tingkat kecerdasan. Jepang juga tidak mengenal sistem pemberian ranking atau peringkat kepada muridnya. Sehingga semua murid tak ada yang merasa lebih dari teman-temannya. Hasil test IQ tersebut nantinya digunakan untuk memberikan perhatian “lebih” kepada murid dengan IQ di atas normal dan di bawah normal.
Kantor pemerintah pada lini terbawah (distrik ) mempunyai data lengkap tentang penduduk di wilayahnya, termasuk data anak yang sudah masuk usia sekolah (sudah berusia 6 tahun atau lebih hingga bulan Maret tahun tersebut ). Orang tua akan dikirimi surat oleh kantor distrik yang berisi panggilan untuk memasukkan anaknya ke sekolah, berikut daftar SD negeri yang terdekat dari tempat tinggalnya. Anak tidak diperbolehkan mendaftar SD dan SMP di luar wilayah tempat tinggalnya karena mereka mulai dididik untuk mandiri. Anak-anak di Jepang semenjak SD tak diperkenankan untuk diantar orang tuanya ke sekolah. Nah, bagaimana jika penduduk di distrik tersebut sedikit ? Pendidikan di kelas tetap berlangsung walau hanya dihuni oleh 10 orang siswa sekalipun.
Untuk menjamin kualitas pendidikannya, pemerintah mengontrol dengan ketat seluruh sekolah di Jepang. Kualitas sekolah negeri di semua distrik sama, dalam arti fasilitas sekolah, bangunan, tenaga pengajar dengan persyaratan yang sama (guru harus memegang lisensi mengajar yang dikeluarkan oleh Educational Board setiap prefecture ). Oleh karena itu mutu siswa SD dan SMP di Jepang yang bersekolah di sekolah negeri dapat dikatakan “sama”, sebab Ministry of Education mengondisikanequality di semua sekolah.
Di tingkat SMP dan SMA – sama seperti di Indonesia – ada dua kali ulangan, mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib atau nasional. Hanya beberapa prefecture saja yang melaksanakan final test. Final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di prefecture tersebut. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test saja, tapi akumulasi dari nilai tes harian, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar. Artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di setiap prefecture. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang,English, Math, Social Studies, dan Science. Di level SMA ini, siswa dapat memilih sekolah di distrik lain.
Untuk masuk universitas, siswa lulusan SMA diharuskan mengikuti ujian masuk universitas yang berskala nasional. Ini yang dianggap `neraka` oleh sebagian besar siswa SMA. Sebagian dari mereka memilih untuk belajar di juku (les privat, seperti di Indonesia) untuk dapat lulus ujian masuk universitas. Ujian masuk Perguruan Tinggi dilakukan dua tahap. Pertama secara nasional, soal ujian disusun olehMinistry of education, terdiri dari lima bidang studi seperti ujian masuk SMA. Berikutnya, siswa harus mengikuti ujian masuk yang dilakukan masing-masing universitas. Skor kelulusan adalah akumulasi ujian masuk nasional dan ujian di setiap perguruan tinggi. Nanti hasil ujian tidak diumumkan, tetapi jawaban ujian diberitakan lewat koran, televisi atau internet, sehingga peserta ujian masuk perguruan tinggi harus menghitung sendiri skornya. Jika tidak memenuhi skor minimal yang disyaratkan di fakultas/universitas pilihannya, peserta dapat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi swasta atau menjalani masa ronin (menyiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk di tahun berikutnya) di prepatory school (yobikou ).
Penilaian mutu pendidikan di Jepang, dengan kata lain dilakukan dengan menstandarkan ujian masuk SMA dan perguruan tinggi. Tentu saja sistem ini bisa berjalan karena pemerintah di Jepang pun berusaha maksimal untuk menyamakan kondisi public education-nya, dalam arti menyediakan infra struktur yang sama untuk setiap jenjang pendidikan di daerah.
Kebetulan teman saya dan keluarga tinggal di Jepang. Dia sering sekali memperhatikan anak-anak sekolah di sini. Dari mulai seragam mereka, tas ransel kotak yang mereka bawa, hingga perlengkapan sekolah yang mereka gantung di sekeliling ransel. Entah, bisa jadi kesimpulan yang saya ambil salah. Bahwa apa yang mereka dapatkan di sekolah, apa yang diajarkan oleh para sensei, bagaimana kerasnya alam Jepang mendidik mereka, telah memberi andil pada kemajuan Jepang saat ini.
Jika kita juga ingin maju, yuk benahi juga pendidikan kita. ^^ Sejak pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak, yaitu dari orang tuanya di rumah. Bagi yang merasa punya anak artinya, ini adalah sebagai tugas orang tua . Berikanlah anak haknya, didiklah mereka dengan hati dan cinta. (^_<)〜☆
Pemerintah juga terlebih dahulu harus membenahi sarana dan fasilitas pendidikan kita di seluruh wilayah. Memang ini tidak mudah, karena kita sedang berbicara dalam konteks Indonesia dengan ribuan pulaunya, dengan tingkat akses yang berbeda-beda. Masih begitu banyak PR besar yang kita hadapi. Hmmm menurut saya, sebelum pemerintah disibukkan dengan isu “swastanisasi” PTN atau UAN yang katanya akan meningkatkan mutu pendidikan kita. Alangkah lebih baik jika pemerintah berupaya keras terlebih dahulu memperhatikan pemenuhan pendidikan dasar 9 tahun. Berupaya memperluas akses masyarakat untuk mendapatkannya. Memperbaiki sarana dan fasilitas pendidikan di tingkat ini, meningkatkan kualitas guru, dan memperbaiki kurikulumnya. Jika pendidikan dasar kita sudah mapan dan berkualitas, insya Allah jenjang pendidikan berikutnya, akan lebih mudah ditata dan ditingkatkan kualitasnya. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas perhatiannya!!! Maaf yaa jika ada kesalahan pengetikan v(⌒o⌒)v
WOW ♪\(^ω^\)( /^ω^)/ WOW♪
Free taging & Sharing boleh copas tapi di edit yaaa~ hehe
Mencermati realitas pendidikan Indonesia saat ini, kita harus jujur mengatakan bahwa sistem pendidikan yang dibangun masih belum ideal. Masih banyak ditemukan catatan kekurangan dalam beberapa hal. Misal digugatnya UAN oleh beberapa pihak, cacatnya pelaksanaan UAN karena berbagai fakta kecurangan yang dilakukan oleh oknum pendidik, tidak klop-nya pendidikan dengan dunia kerja, mahalnya biaya pendidikan, sarana pendidikan yang masih kurang memadai, dan lain-lain.
Menarik untuk mencermati pendidikan di Jepang. Jepang mewajibkan pendidikan dasar 9 tahun bagi warganya, sama seperti kita. Bedanya, pemerintah hingga lini terbawah siap dengan kebijakan pendidikan wajib 9 tahun tersebut. Akses masyarakat terhadap sarana pendidikan sangat mudah, karena setiap distrik pasti memiliki SD dan SMP dengan standar kualitas yang sama di seluruh Jepang. Dan semua biaya pendidikan dasar itu digratiskan…tis..tis… Kecuali untuk beberapa keperluan misal karya wisata, bentou (makan siang ).
Satu hal yang juga menarik, pendidikan dasar (shougakkou -SD) tidak mengenal ujian kenaikan kelas. Siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP (Chougakkou ) masih termasuk kelompok compulsory education , sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. Lantas, bagaimana mengevalusi para siswanya ?
Tentu saja tetap ada proses evaluasi. Guru tetap melakukan ulangan sesekali untuk melihat kemampuan dan daya serap murid terhadap pelajaran. Nilai yang diberikan bukan berupa angka, tapi huruf A, B, C, kecuali untuk pelajaran matematika. Nanti di kelas 4, 5 dan 6 SD para murid diberikan test IQ untuk melihat tingkat kemampuannya. Tapi hasil test itu bukan bertujuan untuk mengelompokkan para murid. Sistem pendidikan di Jepang tidak mengenal klasifikasi kelas berdasarkan tingkat kecerdasan siswa (ada kelas unggulan, sekolah unggulan dan seterusnya, seperti di Indonesia ). Semua kelas terdiri dari anak-anak dengan beragam tingkat kecerdasan. Jepang juga tidak mengenal sistem pemberian ranking atau peringkat kepada muridnya. Sehingga semua murid tak ada yang merasa lebih dari teman-temannya. Hasil test IQ tersebut nantinya digunakan untuk memberikan perhatian “lebih” kepada murid dengan IQ di atas normal dan di bawah normal.
Kantor pemerintah pada lini terbawah (distrik ) mempunyai data lengkap tentang penduduk di wilayahnya, termasuk data anak yang sudah masuk usia sekolah (sudah berusia 6 tahun atau lebih hingga bulan Maret tahun tersebut ). Orang tua akan dikirimi surat oleh kantor distrik yang berisi panggilan untuk memasukkan anaknya ke sekolah, berikut daftar SD negeri yang terdekat dari tempat tinggalnya. Anak tidak diperbolehkan mendaftar SD dan SMP di luar wilayah tempat tinggalnya karena mereka mulai dididik untuk mandiri. Anak-anak di Jepang semenjak SD tak diperkenankan untuk diantar orang tuanya ke sekolah. Nah, bagaimana jika penduduk di distrik tersebut sedikit ? Pendidikan di kelas tetap berlangsung walau hanya dihuni oleh 10 orang siswa sekalipun.
Untuk menjamin kualitas pendidikannya, pemerintah mengontrol dengan ketat seluruh sekolah di Jepang. Kualitas sekolah negeri di semua distrik sama, dalam arti fasilitas sekolah, bangunan, tenaga pengajar dengan persyaratan yang sama (guru harus memegang lisensi mengajar yang dikeluarkan oleh Educational Board setiap prefecture ). Oleh karena itu mutu siswa SD dan SMP di Jepang yang bersekolah di sekolah negeri dapat dikatakan “sama”, sebab Ministry of Education mengondisikanequality di semua sekolah.
Di tingkat SMP dan SMA – sama seperti di Indonesia – ada dua kali ulangan, mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib atau nasional. Hanya beberapa prefecture saja yang melaksanakan final test. Final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di prefecture tersebut. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test saja, tapi akumulasi dari nilai tes harian, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar. Artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di setiap prefecture. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang,English, Math, Social Studies, dan Science. Di level SMA ini, siswa dapat memilih sekolah di distrik lain.
Untuk masuk universitas, siswa lulusan SMA diharuskan mengikuti ujian masuk universitas yang berskala nasional. Ini yang dianggap `neraka` oleh sebagian besar siswa SMA. Sebagian dari mereka memilih untuk belajar di juku (les privat, seperti di Indonesia) untuk dapat lulus ujian masuk universitas. Ujian masuk Perguruan Tinggi dilakukan dua tahap. Pertama secara nasional, soal ujian disusun olehMinistry of education, terdiri dari lima bidang studi seperti ujian masuk SMA. Berikutnya, siswa harus mengikuti ujian masuk yang dilakukan masing-masing universitas. Skor kelulusan adalah akumulasi ujian masuk nasional dan ujian di setiap perguruan tinggi. Nanti hasil ujian tidak diumumkan, tetapi jawaban ujian diberitakan lewat koran, televisi atau internet, sehingga peserta ujian masuk perguruan tinggi harus menghitung sendiri skornya. Jika tidak memenuhi skor minimal yang disyaratkan di fakultas/universitas pilihannya, peserta dapat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi swasta atau menjalani masa ronin (menyiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk di tahun berikutnya) di prepatory school (yobikou ).
Penilaian mutu pendidikan di Jepang, dengan kata lain dilakukan dengan menstandarkan ujian masuk SMA dan perguruan tinggi. Tentu saja sistem ini bisa berjalan karena pemerintah di Jepang pun berusaha maksimal untuk menyamakan kondisi public education-nya, dalam arti menyediakan infra struktur yang sama untuk setiap jenjang pendidikan di daerah.
Kebetulan teman saya dan keluarga tinggal di Jepang. Dia sering sekali memperhatikan anak-anak sekolah di sini. Dari mulai seragam mereka, tas ransel kotak yang mereka bawa, hingga perlengkapan sekolah yang mereka gantung di sekeliling ransel. Entah, bisa jadi kesimpulan yang saya ambil salah. Bahwa apa yang mereka dapatkan di sekolah, apa yang diajarkan oleh para sensei, bagaimana kerasnya alam Jepang mendidik mereka, telah memberi andil pada kemajuan Jepang saat ini.
Jika kita juga ingin maju, yuk benahi juga pendidikan kita. ^^ Sejak pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak, yaitu dari orang tuanya di rumah. Bagi yang merasa punya anak artinya, ini adalah sebagai tugas orang tua . Berikanlah anak haknya, didiklah mereka dengan hati dan cinta. (^_<)〜☆
Pemerintah juga terlebih dahulu harus membenahi sarana dan fasilitas pendidikan kita di seluruh wilayah. Memang ini tidak mudah, karena kita sedang berbicara dalam konteks Indonesia dengan ribuan pulaunya, dengan tingkat akses yang berbeda-beda. Masih begitu banyak PR besar yang kita hadapi. Hmmm menurut saya, sebelum pemerintah disibukkan dengan isu “swastanisasi” PTN atau UAN yang katanya akan meningkatkan mutu pendidikan kita. Alangkah lebih baik jika pemerintah berupaya keras terlebih dahulu memperhatikan pemenuhan pendidikan dasar 9 tahun. Berupaya memperluas akses masyarakat untuk mendapatkannya. Memperbaiki sarana dan fasilitas pendidikan di tingkat ini, meningkatkan kualitas guru, dan memperbaiki kurikulumnya. Jika pendidikan dasar kita sudah mapan dan berkualitas, insya Allah jenjang pendidikan berikutnya, akan lebih mudah ditata dan ditingkatkan kualitasnya. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas perhatiannya!!! Maaf yaa jika ada kesalahan pengetikan v(⌒o⌒)v
WOW ♪\(^ω^\)( /^ω^)/ WOW♪
Free taging & Sharing boleh copas tapi di edit yaaa~ hehe
Labels:
Free
Langganan:
Komentar (Atom)
![Foto: -[] J-Budaya []-
konbanwa sahabat JFA .....kali ini kita mau share tentang budaya membungkuk di jepang dan apa sih arti nya ...walau pun kita tau membungkuk itu artinya menghormati tapi di jepang pnya artian masing2 loh dari setiap derajat ....oke cek this out...
Jika dilihat sekilas, Jepang adalah negara yang paling sopan penduduknya. Kenapa? Karena mereka paling sering membungkuk. Entah itu meminta maaf, berkenalan, bertamu di rumah orang, mengatakan permisi, bahkan sampe berbicara di telepon pun orang jepang sampe membungkuk sedikit (padahal orang yang berbicara dengannya tidak bisa melihat dia).
Membungkuk (お辞儀, ojigi) adalah sebuah keharusan. Tradisi yang sudah harus diajarkan kepada anak-anak sejak balita. Ada beberapa jenis cara membungkuk, mari kita pelajari satu per satu...
1. Mengangguk Pelan, 5 Derajat:
Ini hanya anggukan kecil kepala kamu. Cara anggukan ini lebih ditujukan jika kamu bertemu dengan teman lama, tetangga, atau keluarga dekat. Oh ya, kalau kamu orang yang berpangkat tinggi (seperti Perdana Menteri atau Boss Yakuza), kamu juga bisa mengangguk pelan seperti ini kepada orang-orang yang membungkuk ke kamu. Ini artinya orang lain-lah yang harus lebih menghormati kamu, kamu cukup mengangguk pelan saja untuk menerima penghormatannya.
2. Membungkuk Salam (Eshaku / 会釈), 15 Derajat:
Cara membungkuk ini sedikit lebih formal. Digunakan untuk memberi salam kepada orang-orang yang sudah kamu kenal di kantor atau kepada orang-orang yang kamu tahu tapi tidak terlalu kenal.
3. Membungkuk Hormat (Keirei / 敬礼), 30 derajat:
Ini adalah cara membungkuk yang sangat formal. Digunakan untuk menunjukan rasa hormat kamu kepada boss di kantor, kepada orang-orang yang jabatannya lebih tinggi atau kepada mereka yang jauh lebih tua.
4. Membungkuk Hormat Tertinggi (Sai-keirei / 最敬礼), 45 derajat:
Ini adalah cara membungkuk yang mempunyai arti sangat dalam. Ini adalah cara kamu menunjukkan rasa bersalah kamu yang sangat dalam. Ini adalah cara kamu meminta maaf kalau kamu melakukan kesalahan besar. Atau bisa juga digunakan untuk memberikan hormat kepada orang-orang yang sangat tinggi jabatan dan status sosialnya, seperti Kaisar Jepang misalnya.
5. Membungkuk Berlutut:
Kamu tidak akan terlalu sering melihat orang membungkuk seperti ini di muka umum, karena cara membungkuk seperti ini adalah cara membungkuk yang amat sangat dalam artinya. Orang akan berlutut seperti ini jika dia telah melakukan kesalahan fatal, seperti kesalahan yang mengakibatkan kematian orang lain. Ini juga cara orang-orang menghormati Kaisar di jaman dulu.
Intinya, semakin kamu menghormati orang tersebut, semakin dalam bungkukan kamu. Semakin besar perasaan bersalah kamu kepada seseorang, semakin dalam pula bungkukan kamu. Orang Jepang memang dikenal paling sering meminta maaf.
Mungkin karena meminta maaf berarti mengakui kegagalan sendiri atau mengaku bersalah, kita tampak enggan untuk meminta maaf sebelum terbukti siapa yang melakukan kesalahan. Tapi di Jepang, kata "egoisme" tidak ada tempat untuk berkembang. Di Jepang, meminta maaf dianggap sebagai kewajiban, meskipun belum tentu kamu yang salah. Permintaan maaf menunjukkan bahwa seseorang rela bertanggung jawab dan menghindari menyalahkan orang lain.
Semakin tinggi jabatan seseorang, maka dia harus semakin berani meminta maaf jika dia atau anak buahnya melakukan kesalahan. Makanya tidak heran jika banyak pejabat pemerintahan, seperti walikota, gubernur, menteri dan perdana menteri sekalipun yang membungkuk meminta maaf kepada publik dan akhirnya memilih mengundurkan diri daripada malu dibicarakan orang -- sesuatu yang amat sangat jarang kita lihat di Indonesia.
Membungkuk = Ojigi / お辞儀
Source :http://www.jepang.net
~Kosuke~](https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/c77.0.403.403/p403x403/580707_460232094036205_1582187351_n.jpg)
